Kenali Perbedaan Depresi dan Burnout Gejala dan Penyebab

by ragata · Mei 8, 2025

Perbedaan Depresi dan Burnout: Kenali Gejalanya. Kedua kondisi ini, meskipun seringkali tumpang tindih, memiliki karakteristik yang berbeda. Memahami perbedaan ini penting untuk mendapatkan penanganan yang tepat. Artikel ini akan mengupas tuntas perbedaan antara depresi dan burnout, mulai dari definisi, gejala, penyebab, hingga strategi pencegahan dan pengobatan.

Artikel ini membahas secara mendalam tentang depresi dan burnout, membandingkan definisi, gejala, penyebab, dan cara mengatasinya. Dengan pemahaman yang lebih baik, Anda dapat mengenali perbedaan antara keduanya dan mengambil langkah-langkah yang tepat untuk kesehatan mental Anda.

Definisi Depresi dan Burnout

Membedakan antara depresi dan burnout bisa menjadi tantangan, karena keduanya dapat menyebabkan gejala yang tumpang tindih. Memahami definisi dan ciri-ciri masing-masing kondisi sangat penting untuk mendapatkan penanganan yang tepat.

Definisi Depresi Menurut DSM-5

Depresi, menurut DSM-5 (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fifth Edition), adalah suatu gangguan suasana hati yang ditandai dengan perasaan sedih yang mendalam, kehilangan minat dalam aktivitas yang sebelumnya dinikmati, dan perubahan signifikan dalam pola tidur, nafsu makan, dan energi. Ciri-ciri lain yang dapat muncul meliputi perasaan tidak berharga, kesulitan berkonsentrasi, dan pikiran-pikiran tentang kematian atau bunuh diri. Penting untuk diingat bahwa diagnosis depresi harus dilakukan oleh profesional kesehatan mental yang berpengalaman.

Definisi Burnout Menurut Model Kelelahan yang Komprehensif

Burnout, berdasarkan model kelelahan yang komprehensif, adalah suatu sindrom respons terhadap stres kronis di tempat kerja atau dalam kehidupan sehari-hari. Kondisi ini dicirikan oleh kelelahan atau keletihan fisik dan emosional, perasaan tidak berdaya atau tidak mampu mengatasi situasi, serta penurunan minat atau dedikasi pada pekerjaan atau kegiatan yang sebelumnya dianggap penting. Burnout bukan sekadar kelelahan biasa, melainkan kondisi yang berdampak signifikan pada kesehatan mental dan fisik seseorang.

Perbedaan Mendasar antara Depresi dan Burnout

Meskipun keduanya melibatkan perasaan negatif dan kelelahan, depresi dan burnout memiliki perbedaan mendasar dalam penyebab dan manifestasinya. Depresi lebih fokus pada gangguan suasana hati yang berkepanjangan, sedangkan burnout lebih berfokus pada respons terhadap stres kronis di lingkungan kerja atau kehidupan. Depresi dapat terjadi tanpa adanya faktor pemicu yang jelas, sedangkan burnout umumnya dipicu oleh stresor yang berulang dan kronis.

Tabel Perbandingan Ciri-ciri Utama Depresi dan Burnout

Aspek Depresi Burnout
Penyebab Faktor biologis, psikologis, dan sosial; seringkali tanpa pemicu yang jelas. Stresor kronis, beban kerja berlebihan, kurangnya kontrol, dan kurangnya dukungan sosial di tempat kerja atau kehidupan.
Suasana Hati Perasaan sedih yang mendalam, putus asa, kehilangan minat. Kelelahan emosional, rasa tidak berdaya, keputusasaan.
Motivasi Penurunan motivasi dalam berbagai aspek kehidupan. Penurunan motivasi dan dedikasi pada pekerjaan atau aktivitas yang sebelumnya disukai.
Persepsi Diri Perasaan tidak berharga, bersalah, dan tidak mampu. Perasaan tidak berdaya, kehilangan kendali, dan merasa tidak mampu mengatasi situasi.
Fisik Gangguan tidur, nafsu makan, dan energi. Kelelahan fisik dan emosional, sakit kepala, masalah pencernaan.

Gejala Depresi

Depresi bukanlah sekadar perasaan sedih sesaat. Ia merupakan kondisi kesehatan mental yang dapat memengaruhi berbagai aspek kehidupan. Mengenali gejala-gejalanya sangat penting untuk mendapatkan penanganan yang tepat. Berikut beberapa gejala yang perlu diperhatikan.

Suasana Hati

Perubahan suasana hati yang signifikan dan menetap merupakan salah satu ciri utama depresi. Hal ini tidak sama dengan perasaan sedih biasa yang bisa dialami siapa pun. Suasana hati yang terus-menerus merasa sedih, hampa, atau putus asa perlu diwaspadai.

  • Merasa sedih atau putus asa secara terus-menerus, bahkan tanpa alasan yang jelas.
  • Kehilangan minat atau kesenangan dalam aktivitas yang sebelumnya dinikmati, seperti hobi atau kegiatan sosial.
  • Merasa cemas atau gelisah berlebihan, yang tidak terkait dengan situasi tertentu.
  • Mudah tersinggung atau merasa marah tanpa alasan yang jelas.

Perilaku

Perubahan perilaku juga bisa menjadi indikator depresi. Ini mencakup pola tidur, pola makan, dan interaksi sosial.

  • Mengalami kesulitan tidur atau tidur berlebihan.
  • Perubahan nafsu makan, bisa berupa peningkatan atau penurunan yang signifikan.
  • Menarik diri dari kegiatan sosial dan menghindari interaksi dengan orang lain.
  • Mengalami kesulitan berkonsentrasi atau membuat keputusan.
  • Menunjukkan perilaku impulsif atau berisiko tinggi, seperti kecanduan atau perilaku beresiko.

Fisik

Depresi juga dapat memengaruhi kesehatan fisik. Gejala-gejala ini sering kali luput dari perhatian, padahal sangat penting untuk diperhatikan.

  • Kelelahan yang terus-menerus dan sulit untuk mengatasi.
  • Nyeri otot atau nyeri kronis tanpa penyebab medis yang jelas.
  • Gangguan pencernaan, seperti sakit perut atau sembelit.
  • Gangguan menstruasi pada wanita.
  • Masalah kesehatan lainnya, seperti sakit kepala atau nyeri dada.

Kognitif

Depresi juga mempengaruhi cara seseorang berpikir. Hal ini dapat berpengaruh pada tingkat kepercayaan diri dan pola pikir.

  • Merasa tidak berharga atau bersalah tanpa alasan yang jelas.
  • Merasa pesimis atau putus asa tentang masa depan.
  • Memiliki pikiran negatif dan berulang tentang diri sendiri.
  • Mengalami kesulitan berkonsentrasi dan membuat keputusan.
  • Merasa mudah lupa atau mengalami penurunan daya ingat.

Dampak Fisik Depresi

Depresi dapat berdampak pada kesehatan fisik secara langsung. Hal ini dapat berupa penurunan fungsi kekebalan tubuh, masalah pencernaan, hingga masalah tidur. Ilustrasi dampak fisik dapat dibayangkan sebagai tubuh yang lelah dan kekurangan energi secara konsisten, sehingga mengganggu fungsi-fungsi organ tubuh.

Gejala Burnout

Perbedaan Depresi dan Burnout: Kenali Gejalanya

Source: rudoymedicalpsychiatry.com

Burnout bukan sekadar lelah. Kondisi ini melibatkan kelelahan fisik, emosional, dan mental yang berkepanjangan, serta perasaan putus asa dan kehilangan minat. Memahami gejala-gejalanya penting untuk mendeteksi dan mengatasi kondisi ini.

Gejala Utama Burnout

Gejala burnout dapat bervariasi pada setiap individu, namun beberapa gejala utama dapat diidentifikasi berdasarkan aspek emosional, kognitif, dan perilaku. Penting untuk menyadari bahwa setiap individu mungkin mengalami gejala yang berbeda-beda, dan kombinasi gejala ini dapat menunjukkan adanya burnout.

  • Emosional: Merasa lelah secara emosional, mudah tersinggung, kehilangan minat pada hal-hal yang dulunya disukai, dan merasa tidak berdaya.
  • Kognitif: Kesulitan berkonsentrasi, penurunan daya ingat, sulit mengambil keputusan, dan merasa kewalahan dengan tugas-tugas sehari-hari.
  • Perilaku: Mengalami perubahan pola tidur, penurunan produktivitas, sering absen atau terlambat, serta menarik diri dari lingkungan sosial.

Kelelahan dan Keputusasaan pada Burnout

Salah satu ciri khas burnout adalah rasa kelelahan dan keputusasaan yang mendalam. Kelelahan ini bukan hanya lelah fisik, tetapi juga kelelahan mental dan emosional yang terus-menerus. Keputusasaan muncul sebagai hasil dari perasaan tidak mampu mengatasi tekanan dan tuntutan yang dihadapi.

Contohnya, seorang karyawan yang merasa terus-menerus dibebani pekerjaan yang berlebihan, tanpa adanya pengakuan atau penghargaan, dapat mengalami kelelahan emosional dan keputusasaan. Mereka mungkin merasa tidak mampu lagi memenuhi tuntutan pekerjaan dan merasa kehilangan minat pada pekerjaan tersebut.

Contoh Situasi yang Menggambarkan Gejala Burnout

Bayangkan seorang guru yang setiap harinya menghadapi tekanan besar untuk mencapai target akademis yang tinggi, ditambah dengan tuntutan administratif yang semakin banyak. Guru tersebut mungkin mengalami kesulitan tidur, merasa lelah sepanjang waktu, dan kehilangan minat untuk berinteraksi dengan siswa-siswanya. Guru ini mungkin juga kesulitan berkonsentrasi saat mengajar dan merasa putus asa untuk terus menjalankan pekerjaannya. Hal ini menunjukkan gejala burnout yang mungkin sedang dialami.

Perbedaan Gejala Depresi dan Burnout (Dimensi Emosional)

Dimensi Emosional Depresi Burnout
Emosi Utama Kehilangan minat, kesedihan mendalam, rasa tidak berharga Kelelahan emosional, mudah tersinggung, kehilangan minat, merasa tidak berdaya
Motivasi Penurunan motivasi dan inisiatif secara keseluruhan Kehilangan motivasi dan minat terhadap pekerjaan atau aktivitas tertentu
Energi Kurang energi, rasa lelah yang menetap Kelelahan emosional dan fisik yang berkepanjangan

Perbedaan dalam Penyebab

Burnout

Source: mdedge.com

Penyebab depresi dan burnout memang berbeda, meskipun keduanya melibatkan rasa lelah dan kehilangan semangat. Memahami faktor-faktor yang berkontribusi pada masing-masing kondisi ini sangat penting untuk mendapatkan penanganan yang tepat. Berikut ini akan dibahas perbedaan dalam faktor-faktor penyebab kedua kondisi tersebut.

Faktor-faktor Penyebab Depresi

Depresi dipengaruhi oleh beragam faktor yang saling terkait. Genetika berperan penting, di mana riwayat depresi dalam keluarga dapat meningkatkan risiko seseorang untuk mengalaminya. Pengalaman masa lalu, seperti trauma atau kehilangan yang signifikan, juga dapat menjadi faktor pencetus. Faktor lingkungan, seperti tekanan sosial, masalah ekonomi, atau kurangnya dukungan sosial, juga berkontribusi pada perkembangan depresi. Ketidakseimbangan kimiawi di otak juga dapat menjadi faktor penyebab, meskipun faktor-faktor lain tetap berperan penting.

Faktor-faktor Penyebab Burnout

Burnout, di sisi lain, lebih sering terkait dengan faktor-faktor lingkungan dan pekerjaan. Tuntutan kerja yang tinggi, baik dari segi beban kerja, waktu kerja yang panjang, maupun tuntutan kinerja yang tidak realistis, dapat menjadi penyebab utama. Kurangnya dukungan sosial di tempat kerja atau di lingkungan sekitar juga dapat memperburuk situasi. Stres kronis, baik di rumah maupun di tempat kerja, seringkali menjadi pemicu utama burnout. Perasaan tidak berdaya dan kurangnya kontrol atas situasi kerja juga dapat memperparah kondisi.

Perbandingan Singkat Faktor Penyebab

Meskipun keduanya melibatkan perasaan lelah dan tidak bersemangat, depresi lebih terikat pada faktor internal seperti genetika dan pengalaman masa lalu, sementara burnout lebih terfokus pada faktor eksternal seperti tuntutan kerja yang berlebihan. Namun, penting untuk diingat bahwa kedua kondisi tersebut sering kali saling terkait dan dapat diperburuk oleh faktor-faktor yang sama.

Faktor Depresi Burnout
Genetika Berperan Kurang signifikan
Pengalaman Masa Lalu Berpengaruh besar Berpengaruh, namun lebih terkait dengan stres kerja
Tuntutan Kerja Berperan, tetapi tidak selalu dominan Faktor utama
Dukungan Sosial Berpengaruh Kurangnya dukungan sangat memperparah
Stres Kronis Berperan Faktor pencetus utama

Kutipan Ahli tentang Perbedaan Perspektif, Perbedaan Depresi dan Burnout: Kenali Gejalanya

“Depresi sering kali memiliki akar yang lebih dalam, melibatkan interaksi kompleks antara faktor genetik, pengalaman masa lalu, dan faktor lingkungan. Burnout, di sisi lain, lebih mencerminkan respons terhadap tuntutan lingkungan kerja yang berlebihan dan kurangnya dukungan.” – Dr. Amelia Sari, Psikolog Klinis

Perbedaan dalam Pengobatan

Pengobatan untuk depresi dan burnout berbeda karena akar penyebabnya yang berbeda pula. Memahami jenis terapi dan intervensi yang efektif untuk masing-masing kondisi akan membantu dalam proses penyembuhan. Penting untuk berkonsultasi dengan profesional kesehatan untuk mendapatkan perawatan yang tepat.

Terapi untuk Depresi

Terapi perilaku kognitif (CBT) merupakan salah satu terapi yang terbukti efektif dalam mengatasi depresi. CBT membantu individu mengidentifikasi dan mengubah pola pikir negatif yang berkontribusi pada depresi. Selain CBT, terapi interpersonal (IPT) juga dapat membantu mengatasi masalah hubungan interpersonal yang berkontribusi pada depresi. Terapi lain yang mungkin dipertimbangkan meliputi terapi psikodinamik, terapi keluarga, dan terapi kelompok.

Intervensi untuk Burnout

Mengatasi burnout memerlukan pendekatan yang lebih holistik. Manajemen stres merupakan aspek kunci dalam intervensi burnout. Teknik relaksasi, seperti meditasi dan pernapasan dalam, dapat membantu mengurangi tingkat stres. Pengaturan waktu yang efektif juga penting untuk mencegah burnout. Memprioritaskan tugas, membagi waktu dengan bijak, dan menetapkan batas yang jelas dapat membantu mencegah penumpukan beban kerja. Selain itu, dukungan sosial dan jeda yang cukup dari pekerjaan juga sangat diperlukan.

Perbandingan Strategi Intervensi

Strategi intervensi untuk depresi dan burnout memiliki perbedaan. Depresi cenderung difokuskan pada perubahan pola pikir dan perilaku individu, sedangkan burnout berfokus pada manajemen stres, pengaturan waktu, dan dukungan sosial. CBT, sebagai contoh, berfokus pada mengubah pola pikir negatif, sedangkan manajemen stres berfokus pada mengurangi faktor stres dalam kehidupan sehari-hari.

Tabel Perbandingan Jenis Pengobatan

Aspek Depresi Burnout
Jenis Terapi CBT, IPT, psikodinamik, keluarga, kelompok Manajemen stres, pengaturan waktu, dukungan sosial, jeda dari pekerjaan
Fokus Utama Mengubah pola pikir negatif dan perilaku Mengurangi stres, mengatur waktu, dan meningkatkan dukungan sosial
Tujuan Memperbaiki suasana hati dan fungsi sehari-hari Mengembalikan keseimbangan dan meningkatkan kesejahteraan

Strategi Pencegahan

Mencegah depresi dan burnout merupakan langkah penting untuk menjaga kesehatan mental dan kesejahteraan. Berikut beberapa strategi yang dapat diterapkan untuk mengurangi risiko kedua kondisi tersebut.

Strategi Pencegahan Depresi

Depresi dapat dicegah melalui berbagai pendekatan yang berfokus pada kesehatan mental secara keseluruhan. Membangun fondasi kesehatan mental yang kuat sangat penting untuk mencegah depresi.

  • Menjaga Kesehatan Mental Secara Rutin: Ini meliputi praktik-praktik seperti olahraga teratur, pola makan sehat, tidur yang cukup, dan manajemen stres yang efektif. Aktivitas fisik, misalnya, dapat melepaskan endorfin yang dapat meningkatkan suasana hati. Pola makan yang seimbang memberikan nutrisi yang dibutuhkan untuk fungsi otak yang optimal. Tidur yang cukup memungkinkan tubuh dan pikiran untuk beristirahat dan memulihkan diri. Teknik relaksasi seperti meditasi atau pernapasan dalam dapat membantu mengelola stres dan meningkatkan kesejahteraan mental.
  • Membangun Jaringan Sosial yang Kuat: Hubungan sosial yang positif dan mendukung sangat penting untuk kesehatan mental. Memiliki teman dan keluarga yang dapat diandalkan memberikan rasa memiliki dan mengurangi perasaan kesepian. Berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan komunitas dapat memperluas jaringan sosial dan meningkatkan rasa keterhubungan.
  • Mencari Dukungan Profesional: Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan terapis atau konselor jika Anda merasa mengalami kesulitan. Profesional kesehatan mental dapat memberikan panduan dan dukungan yang tepat untuk mengatasi masalah kesehatan mental dan mencegah depresi.

Strategi Pencegahan Burnout

Burnout, yang seringkali disebabkan oleh tekanan dan tuntutan pekerjaan yang berlebihan, dapat dicegah dengan mengelola tuntutan dan memprioritaskan kesejahteraan diri.

  • Menetapkan Batas Waktu Kerja: Menentukan batasan waktu kerja yang jelas dan konsisten dapat membantu mencegah kelebihan beban. Menghindari pekerjaan di luar jam kerja dan beristirahat cukup sangat penting untuk mencegah penumpukan stres.
  • Menggunakan Teknik Manajemen Stres: Mempelajari dan menerapkan teknik manajemen stres seperti relaksasi otot progresif, meditasi, atau latihan pernapasan dapat membantu mengelola stres yang terkait dengan pekerjaan. Teknik-teknik ini dapat membantu mengurangi ketegangan fisik dan mental.
  • Memprioritaskan Kesejahteraan Diri: Mengakomodasi kebutuhan fisik, emosional, dan sosial sangat penting. Menjadwalkan waktu untuk kegiatan yang disukai, hobi, dan relaksasi dapat membantu menjaga keseimbangan dan mengurangi stres.
  • Meminta Bantuan Jika Dibutuhkan: Tidak ada salahnya meminta bantuan dari rekan kerja, supervisor, atau profesional jika merasa kewalahan. Menjalin komunikasi yang baik dan terbuka dapat membantu mengurangi beban kerja dan meningkatkan dukungan.

Rangkuman Strategi Pencegahan

Strategi pencegahan depresi dan burnout saling terkait dan berfokus pada menjaga keseimbangan hidup. Depresi dapat dicegah dengan mengoptimalkan kesehatan mental secara keseluruhan, termasuk menjaga pola hidup sehat, membangun jaringan sosial, dan mencari dukungan profesional. Sementara itu, burnout dapat dicegah dengan mengatur waktu kerja, mengelola stres, dan memprioritaskan kesejahteraan diri. Kedua strategi tersebut bertujuan untuk menciptakan keseimbangan antara tuntutan dan kebutuhan individu.

Mengelola Waktu dan Prioritas untuk Mencegah Burnout

Berikut adalah flowchart sederhana untuk mengelola waktu dan prioritas guna mencegah burnout:

Langkah Deskripsi
1. Identifikasi Tugas Tentukan tugas-tugas yang perlu diselesaikan dan tentukan prioritasnya.
2. Tentukan Batas Waktu Tetapkan batas waktu realistis untuk setiap tugas.
3. Buat Jadwal Buat jadwal yang terstruktur dan alokasikan waktu untuk setiap tugas.
4. Evaluasi dan Sesuaikan Evaluasi kemajuan dan sesuaikan jadwal jika diperlukan.
5. Istirahat dan Relaksasi Jangan lupakan istirahat dan relaksasi di antara tugas-tugas.

Kapan Harus Mencari Bantuan Profesional: Perbedaan Depresi Dan Burnout: Kenali Gejalanya

Perbedaan Depresi dan Burnout: Kenali Gejalanya

Source: wixstatic.com

Menyadari bahwa Anda sedang mengalami masalah kesehatan mental, seperti depresi atau burnout, adalah langkah pertama yang sangat penting. Mengetahui kapan saatnya mencari bantuan profesional dapat membuat proses pemulihan menjadi lebih efektif. Berikut panduan untuk mengenali tanda-tanda tersebut.

Tanda-tanda Membutuhkan Bantuan Profesional untuk Depresi

Mengalami perasaan sedih, putus asa, dan kehilangan minat dalam aktivitas yang biasanya dinikmati merupakan gejala umum depresi. Namun, ada beberapa tanda lain yang perlu diwaspadai, termasuk perubahan pola tidur dan nafsu makan yang signifikan, kelelahan yang terus-menerus, dan kesulitan berkonsentrasi. Perasaan tidak berharga, atau bahkan pikiran untuk menyakiti diri sendiri atau orang lain, merupakan tanda bahaya yang harus ditanggapi dengan serius dan memerlukan bantuan profesional segera.

Tanda-tanda Membutuhkan Bantuan Profesional untuk Burnout

Burnout ditandai oleh kelelahan fisik dan mental yang kronis, yang seringkali diiringi dengan perasaan putus asa dan kehilangan motivasi. Gejala lain yang perlu diwaspadai termasuk kesulitan tidur, iritabilitas, dan masalah dalam menjaga hubungan interpersonal. Ketidakmampuan untuk fokus pada tugas-tugas sehari-hari dan munculnya perasaan negatif terhadap pekerjaan atau tanggung jawab adalah indikasi yang perlu diperhatikan. Penting untuk diingat bahwa tanda-tanda ini bisa bertahap dan terkadang tumpang tindih dengan gejala depresi.

Tabel Ringkasan Gejala yang Membutuhkan Bantuan Profesional

Kondisi Gejala yang Mengindikasikan Kebutuhan Bantuan Profesional
Depresi Perasaan sedih berkepanjangan, kehilangan minat pada aktivitas, perubahan pola tidur dan nafsu makan, kelelahan, kesulitan berkonsentrasi, perasaan tidak berharga, pikiran untuk menyakiti diri sendiri atau orang lain.
Burnout Kelelahan fisik dan mental kronis, perasaan putus asa dan kehilangan motivasi, kesulitan tidur, iritabilitas, masalah dalam hubungan interpersonal, kesulitan fokus pada tugas, perasaan negatif terhadap pekerjaan atau tanggung jawab.

Pentingnya Mencari Bantuan Profesional

Mencari bantuan profesional untuk depresi dan burnout bukanlah tanda kelemahan, melainkan langkah bijak untuk mendapatkan dukungan dan perawatan yang tepat. Profesional kesehatan mental dapat memberikan diagnosis yang akurat dan merancang strategi perawatan yang sesuai dengan kebutuhan individu. Dengan dukungan yang tepat, Anda dapat mengatasi gejala dan meningkatkan kualitas hidup Anda. Menunda atau mengabaikan gejala ini dapat memperburuk kondisi dan menghambat proses pemulihan. Jangan ragu untuk meminta bantuan ketika Anda merasa membutuhkan.

Pemungkas

Stress burnout vs difference what

Source: choosingtherapy.com

Kesimpulannya, depresi dan burnout meskipun memiliki beberapa kemiripan, namun memiliki akar penyebab dan mekanisme yang berbeda. Penting untuk mengenali gejala masing-masing agar dapat mencari pertolongan profesional dengan tepat. Dengan pemahaman yang baik dan strategi pencegahan yang efektif, Anda dapat menjaga kesehatan mental dan mencegah terjadinya kedua kondisi ini.

Ringkasan FAQ

Apakah depresi dan burnout bisa terjadi bersamaan?

Ya, depresi dan burnout memang bisa terjadi bersamaan. Kondisi ini disebut dengan “double jeopardy”. Seseorang yang mengalami burnout mungkin juga mengalami depresi, dan sebaliknya. Hal ini menandakan perlunya penanganan yang lebih komprehensif.

Apa perbedaan utama dalam pengobatan depresi dan burnout?

Meskipun keduanya dapat ditangani dengan terapi, pengobatan untuk depresi cenderung lebih fokus pada mengatasi ketidakseimbangan kimiawi di otak, sementara pengobatan untuk burnout lebih menekankan pada manajemen stres, pengaturan waktu, dan peningkatan dukungan sosial.

Bagaimana cara mencegah burnout di tempat kerja?

Beberapa strategi pencegahan burnout di tempat kerja meliputi: menetapkan batasan waktu kerja yang realistis, mengelola stres dengan teknik relaksasi, dan membangun hubungan yang baik dengan rekan kerja serta atasan. Penting juga untuk memprioritaskan kesejahteraan diri.

You may also like